Jean Baudrillard menguraikan dengan panjang lebar fenomena kultural pada masyarakat industri dan atau post-industri yang terkait dengan pola konsumsi mereka dalam kehidupannya. Dalam tulisan ini, saya akan mengutarakan wacana-wacana tentang pola konsumsi masyarakat industri di Eropa yang dimunculkan oleh Baudrillard berikut pandangan saya terhadap wacana tersebut. Konsumsi dan produksi merupakan dua istilah yang tidak daapat terpisahkan dalam rangkaian kehidupan keseharian industri. Baudrillard mengistilahkan “kelimpahruahan” sebagai simbol peningkatan konsumsi yang luar biasa oleh masyarakat industri Eropa yang disertai oleh kerja produksi barang dan jasa yang luar biasa pula.

Ia memandang dari sisi konsumen muncul pola psikologis karena mereka ada naluri atau keinginan untuk memuaskan hasrat akan terpenuhinya suatu kelengkapan barang-barang dalam hidupnya sehingga mereka menggunakan kekayaan yang mereka miliki untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, diantaranya asuransi, makanan, pakaian, komunikasi, transportasi, rumah, dan kebutuhan-kebutuhan primer dan tersier lainnya. dari contoh yang yang diberikan olehnya, ada suatu permasalahan kultural yang sama apabila saya membandingkannya dan atau memandangnya dari masyarakat yang sudah “industri” di Indonesia. Ada pola kesamaan, yaitu masyarakat dengan segenap kekayaan yang diperoleh dari gaji dari kantor, menggunakan naluri memenuhi kepuasan dalam mengonsumsi barang dan jasa yang disajikan di sekitar mereka dengan kontrol ataupun bahkan tidak terkontrol. Baudrillard menyebut hal ini dengan pemborosan, penimbunan, kelimpahruahan itu.

Di Indonesia, pusat-pusat perbelanjaan disulap menjadi tempat yang sangat menarik, mewah, dan segala kebutuhan hiburan masyarakat industri ada di satu tempat. Begitu juga dengan di Eropa, dengan konsep “drugstore” yang dikemukakan olehnya. Meskipun demikian bukanlah cara untuk merayu atau menarik konsumen, namun faktanya masyarakat lebih memilih untuk pergi berbelanja di sana, daripada di tempat-tempat tradisional seperti pasar rakyat dan lain sebagainya. Menurutnya, konsep modern ini memperlebar dimensi-dimensi pusat perdagangan dan kota masa depan. Dalam praxis konsumsi, hubungan konsumen dengan dunia politik, sejarah, budaya bukanlah hubungan karena kepentingan, tapi hubungan karena rasa ingin tahu. Saya memaknai wacana ini, dari adanya mental rasa ingin tahu dari sisi masyarakat konsumsi, maka bidang produksi pun terus memunculkan kreasi produk barang dan jasa yang menarik perhatian dan keinginan masyarakat, sehingga mereka (masyarakat) terus membeli. Ia mengatakan konsumsi ditujukan pada kesenangan.

Ada yang dikonsumsi masyarakat, tentu ada pengeluaran yang harus dikorbankan, semakin tinggi konsumsi suatu individu semakin tumbuh tinggi pula pengeluarannya. Berbagai konsumsi msayarakat industri berupa makanan, sandang, perumahan, transportasi, pendidikan, budaya, olah raga, kesehatan dan lain-lain akan banyak mengurangi kekayaan yang mereka miliki, karena harus ada pengeluraran materi, demikian yang diutarakan olehnya. Ditambah oleh argumentasi E. Lisle bahwa konsumsi-konsumsi kolektif yang tumbuh dibiayai oleh sistem perpajakkan dan parafiskal dari pendapatan atau gaji tetap masing-masing orang dari masyarakat industri.

Saya memahami hal ini bahwa gaji individu akan terkurangi oleh pajak dari barang yang dikonsumsinya, bisa dari pemotongan gaji pendapatan atau dari pajak yang  disertakan dengan barang dan jasa yang ia pakai. Lebih lanjut lagi dari fakta konsumsi ini adalah timbulnya dampak negatif. Baudrillard menguraikan adanya pemborosan dan atau pengeluaran berlebihan atas tindakan konsumsi sebenarnya itu belum tentu benar-benar diperlukan. Pemborosan ini ia gambarkan sebagai skema psikologis, sosiologis, dan ekonomis dari kelimpahruahan. Kesimpulan Baudrillard bahwa tingkat konsumsi yang tinggi yang menjadi bagian dari masyarakat industri yang secara sadar atau tidak akan membuktikan lenyapnya materi kekayaan meraka, apabila naluri keinginan dan rasa ingin tahu terhadap barang dan jasa tidak dibarengi dengan pemasukan signifikan atas pendapatan mereka.

Related Images:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *