Antropologi kependudukan (demografi) adalah spesialisasi dalam demografi yang menggunakan teori dan metode antropologis untuk memberikan pemahaman demografis yang lebih baik tentang fenomena dalam populasi saat ini dan masa lalu. Asal-usulnya dan pertumbuhan yang berkelanjutan terletak pada persimpangan antara demografi dan antropologi sosial-budaya dan dengan upaya mereka untuk memahami proses populasi, terutama kesuburan (fertilitas), migrasi, dan kematian. Kedua disiplin ilmu tersebut (antropologi dan demografi) berbagi objek penelitian umum, yaitu populasi manusia dan fokus pada aspek yang saling melengkapi dari objek penelitiannya. Demografi secara statistik berorientasi dan terutama berkaitan dengan dinamika jumlah populasi dan struktur dan variasinya melintasi ruang dan waktu, sedangkan antropologi sosial-budaya bersifat interpretatif dan berfokus pada organisasi sosial yang membentuk produksi dan reproduksi populasi manusia.

Sejarah

Demografi mulai masuk ke dalam literatur antropologis di awal 1950-an, ketika beberapa antropolog diundang untuk bergabung dengan Komite Masalah Penduduk di Masyarakat Non-industri dari Uni Internasional untuk Studi Ilmiah Kependudukan (Committee on Population Problems in Non-industrial Societies of the International Union for the Scientific Study of Population). Perlunya mengatasi permasalahan dinamika populasi melalui pendekatan lokal sosial dan budaya menjadi lebih jelas antara 1960-an dan 1970-an. Dalam periode ini dua proyek antropologi demografis mulai menunjukkan ciri metodologis dan teoritisnya.

Antropologi demografi berkembang secara bertahap. Definisinya sebagai spesialisasi dalam demografi masih dalam pengembangan. Sejarah kelahiran demografi antropologis hanya dapat benar-benar tanggal kembali ke dua dekade terakhir abad kedua puluh. Makalah yang berisi teoritis dan empiris antropologi demografi telah muncul di jurnal demografi dan antropologis utama sejak 1980-an. Keberadaan antropologi demografi dalam komunitas demografi telah dikuatkan oleh konstitusi kelompok kerja interdisipliner khusus dan komite internasional. Program misi Komite IUSSP (International Union for the Scientific Study of Population) untuk Antropologi Demografi, yang aktif dari tahun 1998 hingga 2002, adalah membina pekerjaan lintas disiplin dalam demografi dan antropologi. Sementara Komite IUSSP terutama yang berfokus pada masyarakat non-Barat (non-Eropa), Working Group on the Anthropological Demography of Europe in the European Association for Population Studies (Kelompok Kerja Demografi Antropologi Eropa di Asosiasi Eropa untuk Studi Populasi), aktif sejak 2005, bertujuan untuk menghasilkan teori yang sebanding dan kolaborasi metodologis dalam konteks Eropa.

Perkembangan

Konferensi antropologi demografi telah diadakan sejak 1990-an dalam pertemuan profesional paling penting yang didedikasikan untuk masalah populasi seperti pertemuan Population Association of Amerika. Selain itu, ada pula hibah khusus dan program pascasarjana, seperti program populasi Yayasan Andrew Mellon. Program antropologi demografi di Universitas Brown telah dibentuk untuk memungkinkan para sarjana junior menerima pelatihan yang sesuai dalam bidang antropologi dan demografi. Organisasi internasional dan lembaga pendanaan telah memberikan penekanan khusus pada pendekatan interdisipliner tersebut.

Konsep teoretis utama dalam antropologis demografi adalah kekerabatan, budaya, gender, kekuasaan, makna serta institusi; pendekatan penelitian empirisnya mencakup campuran metodologi kuantitatif dan kualitatif yang diterapkan pada suatu penelitian. Penelitian lapangan etnografis dan observasi partisipan sering dilakukan dan sangat penting bagi pendekatan metode campuran tersebut. Karena metode tersebut membutuhkan pembacaan interpretatif data sekunder dan sumber sejarah.

Pendekatan antropologi dengan demografi semakin berkembang pada kajian populasi. Perkembangannya menghadapi tantangan internal utama terutama karena perbedaan tradisi epistemologis dan metodologi dari dua ‘konstituennya’ disiplin ilmu. Demografi lebih positivis dan berorientasi pada kuantifikasi proses populasi; sedangkan antropologi sosial-budaya lebih interpretatif dan berorientasi pada spesifikasi kualitatif dari mekanisme perilaku dan institusional yang mendefinisikan proses tersebut. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa para ahli demografi sering dibingungkan oleh aspek-aspek pekerjaan antropologi sosial. Pada gilirannya, para antropolog cenderung skeptis tentang fakta bahwa penekanan para ahli demografi pada keterwakilan statistik. Perbandingan data mereka tidak diimbangi dengan penekanan yang sesuai pada validitas data, model analitik, dan interpretasi mereka. Terlepas dari tantangan yang melekat dalam usaha ini, para sarjana di kedua disiplin ilmu telah berkumpul bersama dalam tim penelitian multidisiplin untuk membuat desain penelitian yang kompleks untuk membangun hubungan timbal balik dan mengurangi batasan disiplin, sehingga melahirkan bidang demografi antropologis.

Sumber acuan

Bernardi, Laura (2007). An introduction to Anthropological Demography . Max Planck Institute for Demographic Research . MPIDR WORKING PAPER WP 2007-031 (Agustus 2007)

Saran bacaan
  • Basu, A. and P. Aaby (1998). The Methods and the Uses of Anthropological Demography. Oxford: Clarendon Press
  • Geertz, C. (2000[1973]). The interpretation of cultures. New York: Basic Books.
  • Kertzer and Fricke (1997), Anthropological Demography. Towards a New Synthesis.Chicago: The University of Chicago Press




Related Images:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *